Kisah Jabir bin Abdullah dan Bejana Ajaib

oleh -dibaca 1,3627 orang

Salah satu sahabat yang sangat mencintai Rasulullah SAW adalah Jabir bin Abdullah. Meski tergolong masih muda, namun semangatnya untuk selalu bersama Rasulullah sangatlah tinggi.

Sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits ini merupakan putra dari seorang sahabat yang syahid dalam perang Uhud, Abdullah bin ‘Amr. Jabir lahir di kota Yastrib (Madinah) pada 15 tahun sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Dia memeluk Islam sejak kecil ketika dia mengikuti Bai’at ‘Aqabah Kedua bersama ayahandanya.

Dalam Kitab Rahiqul Makhtum jilid 1 halaman 275, dikisahkan pada masa perang Khandaq (parit), Rasulullah juga ikut bekerja menggali parit bersama pasukan Muslim. Tanpa rasa pamrih, sebagai seorang pemimpin Rasulullah ikut menyingsingkan lengan baju. Beliau begitu gigih bekerja bersama para sahabat hingga akhirnya merasa kelaparan.

BACA JUGA:   Musim Haji, Momen Tepat Kenang Kiprah Mbah Wahab

Mereka tidak makan selama tiga hari, karena saat itu memang tidak ada sesuatu yang bisa dimakan. Bahkan perut Baginda Rasul sampai diganjal dengan batu, dengan tujuan untuk mengurangi rasa lapar yang mendera.

Hal itu kemudian diketahui oleh Sahabat Jabir bin Abdullah. Melihat keadaan Rasulullah dan para sahabatnya kelaparan, Sahabat Jabir kemudian pulang menemui istrinya, Sahliyah binti Mas’ud.

“Aku melihat Rasulullah sangat lapar sekali. Adakah makanan yang kau punya?” tanya Sahabat Jabir kepada istrinya.

Sahliyah pun mengeluarkan kantong berisi gandum yang kira-kira tinggal satu kilogram. Sahabat Jabir kemudian menyuruh istrinya memasak. Sementara ia menyembelih kambing kecil piaraannya, lalu dipotong-potong dagingnya sebagai lauk pauk pelengkap.

BACA JUGA:   Tradisi Ruwat Air Semeru, Bagaimana Pandangan NU?

Setelah masakan selesai dan siap saji, Sahabat Jabir segera kembali ke tempat Rasulullah. Agar tidak diketahui para sahabat yang lain, secara sembunyi-sembunyi Sahabat Jabir hanya mengundang Rasulullah untuk makan di rumahnya, karena porsi makanan yang tersedia hanya sedikit dan tidak cukup untuk orang banyak.

Sesampainya di hadapan Rasulullah, Sahabat Jabir berbisik menghaturkan agar Rasulullah berkenan makan di rumahnya. Akan tetapi, mendengar tawaran tersebut Rasulullah berseru dan mengajak semua shahabat yang ada di lokasi Khandaq yang jumlahnya mencapai seribu orang untuk menghadiri undangan makan di rumah Jabir. Seketika itu wajah Jabir menjadi pucat pasi.

Setelah semua sahabat berkumpul di halaman rumah Jabir, Rasulullah kemudian membagikan makanan yang dihidangkan kepada seluruh sahabat. Aneh bin ajaib, seluruh sahabat Rasulullah yang hadir saat itu dapat makan dengan puas. Setelah Rasulullah dan para sahabat meninggalkan Jabir, makanan yang terdapat di dalam bejana ternyata tidak berkurang sedikit pun. Subhanallah!