KH. Fanandri Abdussalam : Pergerakan adalah Karakter Dasar Nahdlatul Ulama

oleh -dibaca 1057 orang

NU-LUMAJANG.OR.IDLumajang, KH. Fanandri Abdussalam memberikan sebuah pemaparan tentang pergerakan dan kemandirian sebagai rencana Visi PCNU dalam acara Konfercab di Pondok Pesantren Darun Najah Petahunan Sumbersuko, pada Sabtu (17/12/22).

KH. Fanandri Abdussalam memaparkan, pergerakan merupakan salah satu karakter dasar Nahdlatul Ulama, Nahdloh yang bermakna kebangkitan mengandung pesan bangkit untuk melakukan pergerakan.

“Sejarah telah membuktikan bahwa sejumlah Ulama yang dikemudian hari mendirikan NU telah mendirikan pergerakan organisasi sebelum NU lahir,” jelasnya.

Abah Fanandri menyebutkan, Taswirul Afkaar merupakan gerakan pemikiran. Nahdlatul Wathon dan Syubbanul Wathon yang merepresentasikan gerakan kebangsaan. Nahdlatut Tujjar sebagai gerakan ekonomi, dan baru kemudian tahun 1926 lahir Nahdlatul Ulama.

“Sehingga di manapun NU ada, maka salah satu indikator keberadaannya ada tidaknya pergerakan. Jika ada jam’iyyahnya tapi tida ada kegiatannya, ada organisasinya tapi tidak ada manfaatnya, maka adanya sama dengan tidak adanya, wujuduhu ka’adamihi,” ungkapnya.

BACA JUGA:   PCNU Lumajang Gelar Konfercab Bertajuk "Perkokoh Jam'iyah Satukan Tekad Jama'ah"

Ia juga menyinggung soal Anggaran Dasar NU Bab 1 pasal 3 yang menggariskan Nahdlatul Ulama sebagai Badan Hukum perkumpulan bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan dan sosial.

“Oleh karena itu marilah kita memanfaatkan momentum Konfercab ini untuk merancang gerakan-gerakan yang memandirikan,” tuturnya.

Ia melanjutkan, kemandirian sejatinya merupakan kosa kata yang sudah familiar dengan warga NU, sebab dalam khazanah pesantren dikenal pepatah al-i’timat binnafsi asasunnajah, kemandirian atau berpijak pada kekuatan sendiri adalah asas keberhasilan.

“Sejalan dengan kata-kata bijak there is no dependent that can be sure, but a dependent upon one selves, tidak ada ketergantungan yang bisa dipastikan, kecuali ketergantungan pada diri sendiri,” sambungnya.

Abah Fanandri mengingatkan bahwa tidak mungkin seseorang sampai pada tataran kemandirian yang sempurna, sebab kemandirian mutlak itu hanyalah milik Allah. Hanya Allah yang menyandang sifat Qiyamuhu Binafsihi.

BACA JUGA:   Polemik Pembangunan Gereja di Lumajang, Inilah Jawaban Kiai Afifuddin Muhajir

“Sedangkan untuk makhluk betapapun hebatnya kemandirian hanya sebatas qiyamuhu bighoirihi, kemandirian dengan tetap membutuhkan uluran pihak lain, karena mustahil seseorang atau suatu badan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri,”ungkapnya.

Menurutnya, gerakan kemandirian merupakan ikhtiar mereduksi ketergantungan terhadap pihak lain, baik di bidang ideologi, politik maupun ekonomi. Memandirikan berarti merubah keadaan dari sering diberi menjadi lebih sering memberi, dari sering dibantu menjadi lebih sering membantu.

“Tentu hal ini tidak berlaku untuk semua aspek kehidupan mengingat potensi dan kompetensi setiap institusi sangat bervariasi. Oleh karena itu setiap kita harus bercita-cita agar pada suatu hari bisa memberi bukan malah sebaliknya terus-menerus berharap untuk diberi,” jelasnya.

Abah Fanandri melanjutkan, ketika pengurus NU di semua tingkatan melakukan gerakan kemandirian, maka secara simultan akan terjadi proses pemberdayaan, karena gerakan kemandirian menuntut diadakannya identifikasi potensi, revitalisasi kompetensi dan sinergi dalam aksi.

BACA JUGA:   Kunjungi BPN, PCNU Bakal Percepat Pendataan dan Proses Wakaf Aset NU

“Gerakan kemandirian menuntut sinergitas seluruh komponen NU saling bekerjasama, bergerak bersama lembaganya, badan otonomnya, unit-unit usahanya, kader-kader di struktural pemerintahan, kader-kader di legislatif dan para pengusaha,” paparnya.

Ia mengutip kalimat Almaghfurullah Kiai Hasyim Muzadi yang telah mengingatkan bahwa kuat dalam figur tapi lemah dalam konfigurasi.

“Oleh karena itu mari kita bergandeng tangan, kita satukan kekuatan untuk menjadi institusi yang berdaya, berkekuatan, berkemampuan, memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, pilih saing dan pilih banding,” pungkasnya.

Terkait pemberdayaan ekonomi, menurut Abah Fanandri di samping usaha sejenis BMT, banyak cabang NU yang sukses melalui G-Koin.

“Oleh karen itu manfaatkan konferensi ini untuk merumuskan strategi penguatan G-Koin di seluruh MWC dan Ranting, karena kita punya peluang sukses di bidang ini, terbukti Lazisnu di beberapa MWC telah menunjukkan progres positif dalam penggalangan ZIS nya,” pungkasnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.