Begini Cara Peroleh Kebahagiaan di Akhirat dalam Kitab Risalatul Muawanah

oleh -dibaca 397 orang

NU-LUMAJANG.OR.ID, Lumajang. Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang, Gus Kun Muhandis mengatakan bahwa tidak pantas bagi orang yang menginginkan kebahagiaan di akhirat apabila ia tidak beribadah di tengah malam.

Hal itu ia sampaikan saat Ngaji Kitab Risalatul Muawanah karya Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad di Studio Media Center an-Nahdlah (MCN) Gedung PCNU Jalan Alun-alun Timur 03 Lumajang, Kamis (18/01/2024).

“Orang yang menginginkan kebahagiaan di akhirat itu senantiasa mencari tambahan nilai di hadapan Allah SWT untuk mendapatkan anugerah-Nya atau pemberian-Nya di setiap waktunya,” ungkapnya.

Kemudian ia melanjutkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim: Sesungguhnya di waktu malam terdapat satu waktu, ketika seorang hamba muslim bertepatan dengan waktu tersebut, lalu ia memohon kepada Allah kebaikan dunia maupun akhirat, pasti Allah memenuhi permintaannya, demikian itu terjadi pada setiap malam.

BACA JUGA:   Gus Robith Jelaskan 2 Tanda Penghuni Surga

“Allah berfirman dalam beberapa kitab-Nya yang pernah diturunkan: Berdustalah orang yang mengaku cinta kepadaku tetapi pada saat malam tiba ia tidur meninggalkanku. Bukankah seseorang sangat senang jika ia bisa berduaan dengan kekasihnya?,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Syaikh Ismail bin Ibrahim Al-Jabarti berkata: Semua kebaikan dikumpulkan di malam hari dan tak akan diperoleh kewalian seseorang kecuali di waktu malam.

“Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus berkata: Barang siapa menginginkan kemurnian makrifat, hendaklah ia bersusah payah (untuk ibadah) di tengah malam,” imbuhnya.

Setelah itu, ia menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Rahmat Allah turun ke Bumi pada sepertiga malam terakhir.

Lalu Allah SWT berseru: Barang siapa berdoa, akan Ku kabulkan. Barang siapa memohon ampun, akan Ku ampuni. Barang siapa meminta, akan Ku beri. Dan barang siapa bertobat, akan Ku terima tobatnya.

BACA JUGA:   Ibu, Pahlawan Sejati yang Jarang Disadari

Pengasuh Pondok Pesantren Al Wadud itu menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan Rahmat-Nya mulai sepertiga malam terakhir hingga terbit fajar.

“Andaikan tidak ada hadits lain yang menganjurkan bangun malam selain hadits ini, maka ia telah memadai, padahal di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah banyak dijumpai anjuran supaya bangun malam,” pungkasnya.