Mengulik Megengan, Tradisi Umat Muslim Jelang Ramadhan

oleh -dibaca 377 orang

Manjelang datangnya bulan suci Ramadhan, berbagai persiapan mulai dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Di tanah jawa, ada tradisi unik dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan salah satunya adalah ‘Megengan’.

Megengan berasal dari istilah jawa ‘megeng’ yang berarti menahan, sehingga megengan diartikan sebagai upaya menahan diri dari hasutan nafsu duniawi.

Avriliani dan Arief dalam International Journal of Multicultural and Multireligionus Understanding menulis tentang tradisi megengan dari sudut pandang makna simbolik.

Menurutnya, megengan menjadi sebuah tradisi dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan meminta restu, kekuatan dan keselamatan pada Allah SWT agar selama menjalani ibadah puasa diberikan kekuatan dan keikhlasan.

Tradisi ini menggunakan sarana yang diawali dengan kunjungan ke makam keluarga, guru dan ulama yang telah meninggal dunia untuk mendoakan para arwah pendahulunya.

BACA JUGA:   Anjuran Minta Doa kepada Jamaah Haji yang Baru Pulang, Insyaallah Terkabul

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan dzikir dan tahlilan bersama keluarga dan sanak tetangga di lingkungan masyarakat.

Dalam tradisi ini, umat muslim jawa terbiasa menyiapkan berbagai makanan dan sesaji khas suku jawa, seperti mule yang berisi kering tahu tempe dan srundeng, kue apem, jenang merah, jenang sengkala, golong/metri, buceng kuat, hingga rasulan.

Hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat Imam Ahmad dan An-Nasa’i yang mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW juga mengekspresikan kegembiraannya kepada para sahabat perihal kedatangan bulan suci Ramadhan, sebagaimana dikutip dari NU Online berikut:

وَقَدْ كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُوْمِ رَمَضَانَ كَمَا أَخْرَجَهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلَفْظُهُ لَهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُوْمِ رَمَضَانَ بِقَوْلِ قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ كُتِبَ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حَرُمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حَرُمَ الخَيْرَ الكَثِيْرَ

BACA JUGA:   Singgung Tradisi Neloni, Kepala SMKN Klakah Jelaskan Soal Tirakat Orang Tua untuk Anak

Artinya : “Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan sabdanya, ‘Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak,’” (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyyah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 222).

BACA JUGA:   Bagaimana Cara Mencetak Anak Shalihah? Begini Ungkap Ketua PC Muslimat NU

Tradisi megengan ini biasanya dilakukan di hari jumat terakhir pada bulan Sya’ban atau sebelum datangnya bulan suci Ramadhan, ada pula yang melakukan megengan sehari jelang datangnya bulan Ramadhan.

Wallahua’lam bis Shawab.