Sudah tidak asing lagi, salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim adalah Hari Raya Idul Fitri. Bahkan, Hari Raya Idul Fitri dinobatkan sebagai hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Pada tahun ini, menurut Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengeluarkan data hilal awal Syawal 1445 H pada Rabu, 29 Ramadhan 1445 H bertepatan dengan 9 April 2024 M.
Diketahui, Rasulullah SAW dan umat Islam pertama kali mengadakan perayaan Hari Raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) atau setelah Perang Badar.
Dalam beberapa riwayat dijelaskan, ada beberapa amalan yang dilakukan Rasulullah SAW untuk menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri. Simak selengkapnya di bawah ini.
Merujuk pada laman resmi Kemenag, berikut amalan yang dilakukan Rasulullah SAW dalam menyambut dan merayakan Idul Fitri:
1. Memperbanyak bacaan takbir
Rasulullah Saw mengumandangkan takbir sepanjang malam pada akhir Ramadan hingga pagi hari. Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
Artinya: “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).
Takbir Idul Fitri dapat dikumandangkan di mana saja, baik di rumah, masjid, jalan, atau yang lainnya. Takbir Idul Fitri sunah dilakukan mulai dari tenggelamnya matahari pada malam satu Syawal hingga takbiratul ihram imam salat Id.
2. Memakai pakaian terbaik dan berhias
Idul Fitri merupakan waktu untuk berhias dan berpenampilan sebaik mungkin. Berhias dapat dilakukan dengan memotong kuku, membersihkan badan dan menggunakan wewangian terbaik. Pakaian yang diutamakan adalah berwarna putih.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda, yang artinya: “Rasulullah SAW menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya.” (HR. Al-Hakim).
Meskipun disunahkan untuk menggunakan pakaian yang terbaik, tapi tetap tidak lepas dari batas-batas syariat Islam seperti tidak memperlihatkan aurat.
3. Makan sebelum Salat Idul Fitri
Saat Idul Fitri haram bagi umat Islam untuk berpuasa. Bahkan, dalam kita-kitab fiqih dijelaskan bahwa berniat untuk tidak puasa pada hari Idul Fitri akan mendapat pahala seperti orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.
Rasulullah SAW biasanya makan kurma sebanyak tiga, lima atau tujuh biji sebelum salat Idul Fitri. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:
“Pada waktu Idul Fitri Rasulullah saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
4. Mengucapkan Selamat atau Tahniah
Salah satu sunnah saat Hari Raya Idil Fitri ialah menyampaikan ucapan selamat atau tahniah. Dianjurkan menyampaikan selamat pada hari yang penuh kegembiraan.
Rujukan amalan sunah memberikan selamat berdasarkan riwayat dari Jubair bin Nufair. Beliau berkata bahwa ketika para sahabat berjumpa dengan hari Idd, satu sama lain saling mengucapkan,
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
Artinya: “Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian.”
5. Melaksanakan Shalat Idul Fitri
Rasulullah SAW mengerjakan salat Idul Fitri bersama keluarga dan sahabat-sahabat baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. Rasulullah melewati rute yang berbeda kita berangkat dan pulang dari tempat salat Idul Fitri. Sebagaimana hadis Nabi, yang artinya:
“Dari Ummu ‘Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah Saw memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun yang haid maka dia menjauhi tempat shalat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab?” Nabi menjawab: “Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Silaturahmi berkunjung ke rumah saudara
Saat hari raya Idul Fitri, terdapat tradisi silaturahmi yang telah ada sejak zaman Rasulullah. Ketika hari raya ini tiba, Rasulullah juga mengunjungi rumah para sahabatnya dan begitu pula sebaliknya. Mereka saling mendoakan satu sama lain.
Begitu pula dengan umat Islam saat ini. Mereka datang ke tempat sanak famili dan kerabat-kerabat terdekat untuk saling bersilaturahmi dan bermaafan.