Puasa bulan Ramadhan diwajibkan bagi setiap orang islam yang telah baligh, berakal, dan mampu untuk menjalankan puasa.
Namun begitu, adapula yang diharamkan berpuasa serta diwajibkan mengganti puasanya di luar Bulan Ramadan salah satunya perempuan haid atau nifas, mereka diharamakan berpuasa sampai masa selesai haid dan nifasnya.
Namun ada banyak permasalahan yang dibicarakan oleh kaum wanita adalah terkait suci dari haid dan nifas setelah terbitanya fajar atau setelah masuk waktu subuh di Bulan Ramadhan.
Isu yang sering terdengar di telinga kaum wanita adalah diwajibkan imsak (tidak boleh makan dan minum) ketika suci dari haid dan nifas setelah terbit fajar atau sebelum berbuka puasa, lantas apakah benar dihukumi seperti ini?
Dalam kitab Fathul Mu’in halaman 270 dijelaskan sebagai berikut:
وندب إمساك لمريض شفي ومسافر قدم أثناء النهار مفطرا وحائض طهرت أثناءه.
Artinya: “Disunnahkan ‘ngeker’ (menahan seperti halnya orang berpuasa) bagi orang yang baru sembuh dari sakitnya, musafir yang telah sampai tujuan pada siang hari dalam keadaan berbuka, dan wanita haid yang baru suci pada tengah hari.”
Juga dijelaskan di dalam kitab Fiqhu al-‘Ibādāt juz 2 halaman 34 sebagai berikut.
أما إذا نقيت من الحيض أو النفاس بعد الفجر ولو بقليل لم يصح صوم ذاك النهار إلا أنه يسن لها الإمساك عن المفطرات تتمة اليوم، وعليها القضاء
Artinya: “Adapun bagi wanita yang telah suci dari haid maupun nifas setelah terbit fajar meskipun tidak lama dari itu, maka tetap tidak sah puasanya. Akan tetapi disunnakan baginya untuk melakukan imsak dari makan dan minum sampai sempurnanya waktu berpuasa. Namun baginya diwajibkan men-qadha’ puasanya.”
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa isu yang dibicarakan oleh kaum wanita terkait diwajibkan imsak setelah suci dari haid dan nifas setelah terbit fajar atau sebelum berbuka puasa, itu tidak dibenarkan
Melainkan Perempuan yang sedang haid kemudian suci di siang hari bulan puasa, maka dia tidak wajib untuk imsak (menahan diri sampai maghrib), melainkan hanya disunnahkan. Wallahu A’lam.