NU-LUMAJANG.OR.ID, Kedungjajang. Mengikuti alur perkembangan zaman, di mana pendidikan Islam di Indonesia juga mengalami berbagai dinamikanya, kreasi cara metode baca Al-Qur’an pun demikian.
Hal itu dijelaskan Rais Majelis Ilmu Pimpinan Cabang (PC) Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kabupaten Lumajang, KH Sobar Iman Lutfi saat hadir di Halal bi Halal yang dihadiri 215 guru Tartila se-Lumajang, Ahad (14/05/2023) yang dipusatkan di Mushala Ndalem Timur Pon Pes Kiai Syarifuddin Wonorejo.
Kiai Sobar mengatakan, Metode Tartila hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan metode praktis. Dirinya menceritakan, pada tahun 1998 Metode Tartila oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama direkomendasikan (PBNU) melalui JQHNU pusat.
”Sanadnya langsung ke Almarhum KH Basori Alwi Malang serta sudah diakui PBNU,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dalam perjalanan mendapatkan persetujuan dari PBNU tidaklah semudah membalikkan tangan, banyak sekali hal-hal yang perlu disempurnakan.
”Sebelum diresmikan PBNU, banyak metode Al Qur’an yang ingin masuk ke JQHNU, kurang lebih ada 13 metode saat itu yang ingin masuk ke JQHNU, namun Alhamdulillah yang diterima adalah Metode Tartila,” ujarnya bersyukur.
Disamping itu, Gus Muhammad Ilyas Ketua PC JQHNU Lumajang mengungkapkan, Metode Tartila ini bisa digambarkan sebagai anak termuda JQHNU, yang harus dikemas dengan baik sehingga banyak lembaga dan yayasan pendidikan percaya bahwa metode ini bisa menjadi pengantar terbaik untuk anak-anak usia dini dalam mempelajari Al Qur’an.
”Maka dari itu syi’ar dan keberadaannya harus digaungkan dengan sebaik mungkin untuk meyakinkan bahwa metode Tartila merupakan satu-satunya metode yang direkomendasikan PBNU melalui JQHNU, pokok metode ini NU banget,” tegasnya.
Terakhir ia berpesan, meskipun dalam mengajar Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) kebanyakan tidak dibayar, jika dijalani dengan ikhlas dan niat lii’la’i kalimatilllah, insyaAllah akan dimudahkan rezekinya oleh Allah SWT.
”Guru saya, Mbah Dimyati mengatakan, kalau anda ngajar Al-Qur’an dan diniati menyebarkan ilmu maka akan dilapangkan rezekinya oleh Allah. Kiai Mahrus Lirboyo juga pernah dawuh, kalau ada santri mengajar ngaji kok masih kelaparan datang ke Lirboyo potong telinga saya,” pungkasnya.