Wakil Rektor IAI Syarifuddin Kisahkan Mudiknya Rasulullah

oleh -dibaca 367 orang

NU-LUMAJANG.OR.ID, Lumajang. Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah selama delapan tahun, beliau bersama para sahabatnya melakukan mudik (pulang kampung) dari Kota Madinah ke Kota Mekkah saat bulan Ramadhan.

Hal itu dijelaskan Dr. H. Muhammad Masyhuri, M.A. saat mengisi ‘KURMA (Kajian Keutamaan Ramadhan)’ di Studio Media Center an-Nahdlah (MCN) Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jalan Alun-alun Timur 03 Lumajang, Rabu (03/04/2024).

“Mudiknya Rasulullah itu kurang lebih 19 hari, setelah itu balik lagi ke Madinah dan beliau tidak mudik lagi,” jelas Wakil Rektor I Institut Agama Islam (IAI) Syarifuddin Wonorejo, Lumajang itu.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa mudiknya Rasulullah SAW bersama para sahabatnya itu membawa perdamaian dan kebahagiaan, bukan memamerkan kesuksesannya ketika berada di Madinah.

BACA JUGA:   Bagaimana Hukum Umrah Jika Belum Tunaikan Haji? Begini Hasil Bahtsul Masailnya

“Selama beliau hijrah dari Mekkah yang kondisinya sempat sulit dan kemudian di Madinah sukses. Saat beliau pulang ke Mekkah, kaum kafir mengira Rasulullah mau menguasai Mekkah dengan pertumpahan darah, padahal tidak,” tuturnya.

Kemudian ia mengatakan, suatu hasil mudiknya Rasulullah SAW yang membawa perdamaian tersebut membuat orang-orang kafir Mekkah itu menjadi mualaf (masuk agama Islam).

“Perlu diketahui, hijrahnya Rasulullah itu atas perintah Allah SWT, bukan karena melarikan diri dari situasi yang sulit, diintimidasi atau tertekan, sebab Rasulullah punya mentalitas yang luar biasa,” ungkapnya.

Terakhir ia mengatakan, apabila masyarakat ingin mudik maka harus meniru Rasulullah, yaitu dengan tidak memamerkan kesuksesannya kepada orang kampung asalnya serta harus mengajarinya mengenai resep dan mentalitas menjadi orang yang sukses.