Mulianya Rabiul Awal dan Makkah karena Lahirnya Rasulullah

oleh -dibaca 17 orang

Nabi Muhammad SAW merupakan makhluk yang paling mulia. Sehingga kelahirannya pun mengandung banyak rahasia, walaupun bulan Rabiul Awal tidak termasuk kategori empat bulan yang dimuliakan.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tahunnya di berbagai daerah. Mereka merayakannya dengan beraneka macam bentuk tradisi keunikannya masing-masing.

Perayaannya bukan hanya dilaksanakan pada tanggal 12 saja, akan tetapi juga ada yang merayakan mulai awal masuknya bulan Rabiul Awal, bahkan ada juga yang merayakan sampai bulan berikutnya (Rabiul Akhir).

Rasulullah SAW lahir pada musim semi (rabi’) yang merupakan musim paling pas (adil) dan baik. Hal ini memberikan penjelasan mengenai syariat Nabi Muhammad SAW yang paling adil dan toleran.

Allah SWT memang ingin memuliakan waktu tersebut dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seandainya Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada waktu atau bulan mulia, niscaya orang mengira kemuliaan Nabi Muhammad SAW karena lahir pada waktu atau bulan mulia.

BACA JUGA:   Singgung Tradisi Neloni, Kepala SMKN Klakah Jelaskan Soal Tirakat Orang Tua untuk Anak

Sayyid Muhammad ibn Alawi al-Maliki, dalam kitabnya adz-Dzakhair al-Muhammadiyyah menyebutkan:

وإنما كان مولده في شهر ربيع على الصحيح ولم يكن في المحرم، ولا في رجب، ولا في رمضان، ولا غيرها من الأشهر ذوات الشرف، لأنه عليه الصلاة والسلام لا يتشرف بالزمان، وإنما يتشرف الزمان به، وكذلك المكان، فلو ولد في شهر من الشهور المذكورة، لتُوُهِّمَ أنه تشرف به، فجعل الله تعالى مولده عليه السلام في غيرها ليظهر عنايته به وكرامته عليه

Artinya: “Sesungguhnya kelahiran Nabi Muhammad berada di bulan Rabi’ (awal) menurut pendapat yang shahih. Bukan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan dan lain sebagainya dari bulan-bulan yang mulia. Karena Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun waktu-lah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Begitu pula tentang (kemuliaan) tempat. Jika Nabi dilahirkan di bulan-bulan (mulia) tersebut, bisa jadi akan menimbulkan persepsi, Nabi mulia gara-gara lahir di bulan mulia. Maka, Allah menciptakan kelahiran Baginda Nabi di bulan lain yang justru memberi pertolongan dan kemuliaan di bulan lain itu sendiri.”

BACA JUGA:   Inilah 15 Hikmah Berpuasa di Bulan Ramadhan

Adapun masalah tempat, Nabi Muhammad juga tidak dilahirkan di dalam tempat mulia, Ka’bah. Makkah yang dulu dipenuhi masyarakat jahiliyah di kemudian hari justru mulia karena menjadi tempat kelahiran Rasulullah.

Sedangkan Madinah, sebagai tempat hijrah dan jasad Nabi diistirahatkan. Bahkan menurut banyak ulama, Madinah dianggap lebih utama dan mulia daripada Makkah. Kesimpulan ini muncul lantaran sudut pandang akan keberadaan jasad Rasulullah yang tak ada di Makkah.

Atas kehadiran Rasulullah di Madinah, kemudian lahir satu tempat taman surga. Sebagaimana yang telah disabdakan Nabi:

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

Artinya: Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga. (HR. Bukhari dan Muslim)

BACA JUGA:   Kiai Musleh Adnan: Mati itu Pasti tanpa Menunggu Sebab

Oleh karenanya, merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah sebagai bentuk pengungkapan rasa syukur dan bahagia atas kelahiran manusia paling mulia yang dilahirkan pada waktu tersebut.