NU-LUMAJANG.OR.ID, Lumajang. Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang, KH Abdul Kafi Anas Mahfudz, S.H. menjelaskan bahwa pengertian tentang Tadarus Al-Qur’an harus lebih dipertajam, hal ini sesuai keterangan dalam hadits berikut:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللّٰهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللّٰهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللّٰهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ. (رواه مسلم).
Artinya: “Dan tidaklah suatu kaum berkumpul dalam satu dari beberapa masjid rumah turunnya rahmat Allah, seraya membaca dan saling mempelajari kitab-Nya diantara mereka, kecuali turun kepada mereka ketenangan dan dipenuhi rahmat dan dikelilingi para malaikat, serta Allah menyebut mereka diantara orang yang dekat di sisi-Nya.” (HR Muslim).
Hal itu ia jelaskan saat mengisi ‘KURMA (Kajian Keutamaan Ramadhan)’ di Studio Media Center an-Nahdlah (MCN) Gedung PCNU Jalan Alun-alun Timur 03 Lumajang, Senin (25/03/2024).
“Dari hadits ini, pengertian tadarus perlu dipertajam lagi, tadarus tidak hanya membaca (melafalkan) ayat-ayat saja, tapi juga ada pembelajaran dalam bertadarus itu,” jelasnya.
Menurut Kiai Abdul Kafi, pembelajaran dalam bertadarus itu adalah antara satu orang dengan lainnya saling mempelajari bacaan, makna (arti), serta tafsirannya.
“Jadi, tadarus itu tidak berorientasi pada seberapa mengkhatamkannya, akan tetapi sekiranya bisa membaca dengan benar dan memahaminya,” imbuh Kiai Abdul Kafi.
Setelah itu ia menjelaskan bahwa Tadarus Al-Qur’an tidak hanya bertempat di Mushalla dan Masjid saja, akan tetapi juga bisa dilakukan di tempat-tempat lainnya seperti bertadarus di rumah dengan keluarga.
“Bahkan membaca Al-Qur’an sendiri pun bisa dikatakan bertadarus kalau memahami maknanya, jika tidak memahaminya maka bisa dengan menyediakan kitab-kitab tafsir agar mengerti fungsi dari Al-Qur’an itu,” pungkasnya.
