NU-LUMAJANG.OR.ID, Lumajang. KH. Ahmad Dzunnaja, M.Pd. atau Gus Dzun memaparkan pendapat Imam al-Ghazali mengenai tiga tingkatan seseorang yang berpuasa, diantaranya ialah puasanya orang awam (shaumul awam), puasanya orang khusus (shaumul khusus) dan puasanya orang yang paling khusus (shaumu khowwasil khusus).
Hal itu ia jelaskan saat mengisi ‘KURMA (Kajian Keutamaan Ramadhan)’ di Studio Media Center an-Nahdlah (MCN) Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jalan Alun-alun Timur 03 Lumajang, Selasa (19/03/2024).
“Shaumul awam yaitu mencegah perut dan kemaluan kita dari keinginan untuk makan, minum dan syahwatnya. Puasa ini merupakan level yang sangat rendah,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Maher Ar Riyadl Desa Barat Padang ini.
Kemudian, ia melanjutkan bahwa shaumul khusus merupakan seseorang yang berpuasa dengan mencegah pendengaran, penglihatan, mulut, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.
“Sebab, kalau anggota tubuh ini berbuat dosa, maka puasa kita tidak menambah nilai ketakwaan kepada Allah SWT dan tidak memperoleh pahala,” imbuhnya.
Dalam acara yang bertajuk ‘Tingkatan Orang-orang yang Berpuasa’ ini, dirinya mengatakan bahwa orang yang berpuasa harus meninggalkan lima perkara agar dapat mencapai pada tingkatan shaumul khusus yakni berbohong, ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), sumpah palsu, dan melihat perempuan yang bukan mahramnya.
“Shaumu khowwasil khusus adalah puasanya hati dari pikiran-pikiran yang rendah (urusan duniawi) dan mencegah sesuatu yang selain Allah Azza wa Jalla dengan penuh. Puasa ini merupakan puasanya para Nabi dan para kekasih Allah,” tuturnya.
Terakhir ia mengatakan, apabila seseorang tidak memungkinkan untuk mencapai pada tingkatan ketiga (shaumu khowwasil khusus), setidaknya bisa mencapai pada tingkatan kedua yaitu shaumul khusus.
“Dengan cara melatih diri, jangan sampai berada di tingkatkan pertama yaitu puasanya orang awam,” pungkasnya.