Sudah umum diketahui bahwa di bulan-bulan mulia pasti memuat peristiwa di dalamnya, salah satunya bulan Rajab. Para sejarawan Muslim menyebutkan bahwa salah satu peristiwa besar yang terjadi pada bulan Rajab adalah awal mula nur nubuwah (cahaya kenabian) Rasulullah SAW diletakkan di rahim ibundanya, Siti Aminah binti Wahb atau disebut wiladah pertama (wiladah haqiqiyah).
KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen) menjelaskan bahwa pada bulan Rajab terjadi dua peristiwa besar, yaitu Isra’ Mi’raj dan pindahnya nur Nabi Muhammad SAW dari punggung Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib ke rahim Siti Aminah binti Wahb bertepatan dengan tanggal 10 Rajab yang menyebabkan disunnahkannya berpuasa untuk menghormati nur tersebut.
Banyak orang yang mengetahui tentang peristiwa Isra’ Mi’raj bahkan memperingatinya secara besar-besaran. Namun tidak dengan peristiwa berpindahnya nur nubuwah Rasulullah, karena hanya orang-orang khusus yang mengetahuinya bahkan untuk memperingatinya pun tidak boleh besar-besaran, cukup dengan berpuasa saja sebagai rasa syukur.
Selain itu, Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani mencatat dalam kitabnya, al–Anwarul Muhamamdiyah (yang disarikan dari kitab Mawahibul Ladduniyah) menjelaskan, ketika hendak menitipkan Nabi Muhammad dalam rahim Siti Aminah pada malam Jumat di bulan Rajab, Allah SWT memerintahkan Malaikat Ridwan (malaikat penjaga pintu surga) untuk membuka pintu Surga Firdaus sebagai bentuk penghormatan.
Saat itu juga, terdengar seruan malaikat yang terdengar di langit dan bumi, “Perhatian, sesungguhnya cahaya suci yang sejatinya adalah Nabi Muhammad, pada malam ini sudah berada dalam rahim Aminah. Muhammad adalah sosok yang mempunyai akhlak mulia yang sempurna dan diutus sebagai pembawa kabar gembira sekaligus peringatan.”
Para ulama memang berselisih pendapat terkait kapan janin Nabi Muhammad mulai dikandung oleh Siti Aminah. Namun jika merujuk pendapat ulama yang mengatakan Nabi lahir pada bulan Rabiul Awal, maka jelas Nabi berada dalam kandungan ibunya selama sembilan bulan dengan dimulai dari Rajab. Menurut Syekh Az-Zurqani dalam Syarah Mawahibul Ladduniyah, pendapat ini shahih.
Dalam hadits Ibnu Ishaq dijelaskan, Siti Aminah pernah menceritakan kisah saat dirinya sedang mengandung janin Nabi Muhammad. Ia merasakan ada suara tanpa rupa yang berkata padanya, “Sungguh engkau sedang mengandung seorang pemimpin umat.”
Lantas Siti Aminah menimpali, “Aku tidak merasa bahwa diriku sedang hamil, aku juga tidak merasakan berat sebagaimana yang dirasakan oleh wanita hamil pada umumnya. Hanya saja, aku merasa janggal karena aku tidak mengalami datang bulan atau haid (salah satu ciri-ciri wanita hamil).”
Wallâhu a’lam bisshawab.