Biografi Habib Sholeh Tanggul, Ulama Dermawan dan Banyak Karomahnya

oleh -dibaca 2,4677 orang

Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid atau lebih dikenal dengan Habib Sholeh Tanggul adalah tokoh ulama yang menghabiskan masa dakwahnya di Tanggul, Jember, Jawa Timur.

Dikutip dari berbagai sumber, Habib Sholeh dipercaya sebagai keturunan ke-39 Rasulullah dari Hadramaut, Yaman, yang hijrah ke tanah Jawa pada sekitar 1920-an, dan menetap di Jember hingga akhir hayatnya.

Habib Sholeh Tanggul dikenal sebagai ulama yang dermawan dan memiliki banyak karomah atau anugerah di luar akal dan kemampuan manusia yang biasanya terjadi pada seseorang wali.

 

Riwayat Hidup Habib Sholeh

Meskipun banyak yang menisbatkan beliau dengan nama Kecamatan Tanggul, Jember, Jawa Timur, Habib Sholeh sebenarnya dilahirkan di desa Wadi ‘Amd, Hadramaut, Yaman pada 17 Jumadil awal 1313 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1895 Masehi.

Muhsin bin Ahmad al-Hamid ayah Habib Sholeh merupakan seorang ulama Wadi ‘Amd, yang juga dikenal masyarakat sekitar dengan julukan al-Bakri al-Hamid, sedangkan ibunya adalah Aisyah dari keluarga al-‘Abud Ba ‘Umar dari kalangan klan masyaikh/non-habaib al-‘Amudi.

BACA JUGA:   Raih Gelar Doktor Ilmu Lingkungan, Ini Profil Pendidikan Thoriqul Haq

Sejak kecil beliau menyibukkan diri untuk menuntut ilmu agama. Guru utamanya dalam bidang ilmu fikih dan tasawuf adalah ayahnya sendiri, Habib Muhsin bin Ahmad al-Hamid, sedangkan Al-Qur’an ia pelajari dari Syekh Saíd Ba Mudhij, ulama kenamaan Wadi ‘Amd.

 

Hijrah ke Indonesia

Ketika beranjak dewasa, tepatnya berusia 26 tahun atau ketika itu bertepatan dengan tahun 1921 M, ia memutuskan berhijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari.

Dalam perjalanan beliau sempat singgah di Gujarat, India, lalu berlabuh di Jakarta. Habib Sholeh sempat tinggal beberapa hari di Jakarta dan berkeliling mengunjungi para ulama sampai saudara sepupunya yang bernama Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid yang telah lebih dulu berhijrah meminta Habib Sholeh untuk mengunjungi kediamannya di Lumajang.

Selama di Lumajang, beliau berdakwah keliling dari desa ke desa di Lumajang sampai 12 tahun lamanya sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Tanggul.

BACA JUGA:   Kembangkan Ekonomi Berdampak Sosial dan Lingkungan, Rofiul Ulum Raih Juara 1 Wirausaha Muda Mandiri

Sebelum akhirnya menjadi pendakwah di daerah tanggul, Habib Sholeh terlebih dahulu melaksanakan ‘uzlah/khalwat atau aktivitas menyepi/mengurung diri dengan beribadah sampai lebih dari 3 tahun lamanya.

Kemudian Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf, seorang ulama terkemuka yang berdomisili di Gresik memerintahkan Habib Sholeh untuk mengakhiri masa khalwat dan memintanya datang ke Gresik.

Setibanya di Gresik, Habib Abu Bakar memberikan Habib Sholeh mandat dan ijazah dengan memakaikan jubah imamah dan sorban hijau sebagai penanda status kewalian quthb yang diembannya, sekaligus meminta Habib Sholeh untuk segera menunaikan ibadah haji.

Selang beberapa tahun, Habib Sholeh mendapat hadiah sebidang tanah dari seorang pengusaha setempat bernama Haji Abdur Rasyid.

Di atas tanah tersebut Habib Sholeh kemudian membangun masjid yang diberi nama Masjid Riyadus Shalihin dan kemudian mewakafkannya,

 

Wafat

Habib Sholeh wafat pada 8 Syawal 1396 H atau bertepatan pada tahun 1976 M.

BACA JUGA:   Gus Darwis: Pengurus NU Harus Jadi Pelayan Nahdliyin

Ia dikebumikan keesokan harinya setelah sholat Dzuhur di kompleks Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember.

 

Karamah Habib Sholeh

Habib Sholeh merupakan ulama dari kalangan alawiyyin atau keturunan Nabi Muhammad yang dianugerahi karomah oleh Allah SWT. Bahkan karomahnya tidak terhitung.

Salah satunya adalah, Habib Sholeh pernah menyingkirkan wabah mematikan di sebuah desa. Konon, wabah tersebut hilang setelah orang-orang desa meminum air danau yang telah dicelupkan sebuah kertas yang berisi tulisan Habib.

Habib Sholeh Tanggul juga memiliki sumur keramat di Lumajang yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit.

Selain itu, ada pula riwayat yang menyatakan bahwa Habib Sholeh pernah bertemu dengan Nabi Khidir dalam wujud seorang pengemis.

Sejak itu, kediaman Habib Sholeh tidak pernah sepi dikunjungi oleh orang yang ingin bersilaturahmi dan meminta doa.

Bahkan banyak tokoh di Indonesia dan dari beberapa negara yang tercatat pernah mengunjunginya.