Nabi Muhammad SAW merupakan makhluk yang paling mulia. Sehingga kelahirannya pun di bulan Rabiul Awal mengandung banyak rahasia walaupun tidak termasuk kategori empat bulan yang dimuliakan.
Kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tahunnya di berbagai daerah. Mereka merayakannya dengan beraneka macam bentuk tradisi keunikannya masing-masing. Waktu kelahirannya disambut gembira oleh umat Islam sebagai simbol terbitnya fajar budi pekerti dan nilai-nilai luhur kemanusiaan serta keilahian.
Menurut Ibnul Haj yang dikutip Jalaluddin as-Suyuthi menyebutkan bahwa ada empat hikmah di balik kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu:
Pertama, hari Senin merupakan hari diciptakannya pohon. Senin mengingatkan pada penciptaan makanan pokok, rezeki, aneka buah, dan ragam kebaikan yang menjadi logistik dan asupan manusia serta menyenangkan hati manusia.
Kedua, kata Rabi’ (pada lafal Rabiul Awal) jika dilihat dari perspektif bahasa mempunyai arti musim semi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Abu Abdirrahman as-Shaqli, bahwa “Setiap orang memiliki ‘nasib’ (baik) dari namanya.”
Ketiga, musim semi (Rabi’) merupakan musim yang paling pas (adil) dan terbaik. Hal ini memberikan penjelasan mengenai syariat Nabi Muhammad SAW yang paling adil dan toleran.
Keempat, Allah SWT memang ingin memuliakan waktu tersebut dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seandainya Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada waktu atau bulan mulia, niscaya orang mengira kemuliaan Nabi Muhammad SAW karena lahir pada waktu atau bulan mulia.
Selain itu, Sayyid Muhammad ibn Alawi al-Maliki, dalam kitabnya adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah menyebutkan:
وإنما كان مولده في شهر ربيع على الصحيح ولم يكن في المحرم، ولا في رجب، ولا في رمضان، ولا غيرها من الأشهر ذوات الشرف، لأنه عليه الصلاة والسلام لا يتشرف بالزمان، وإنما يتشرف الزمان به، وكذلك المكان، فلو ولد في شهر من الشهور المذكورة، لتُوُهِّمَ أنه تشرف به، فجعل الله تعالى مولده عليه السلام في غيرها ليظهر عنايته به وكرامته عليه
Artinya: “Sesungguhnya kelahiran Nabi Muhammad berada di bulan Rabi’ (awal) menurut pendapat yang shahih. Bukan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan dan lain sebagainya dari bulan-bulan yang mulia. Karena Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun waktu-lah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Begitu pula tentang (kemuliaan) tempat. Jika Nabi dilahirkan di bulan-bulan (mulia) tersebut, bisa jadi akan menimbulkan persepsi, Nabi mulia gara-gara lahir di bulan mulia. Maka, Allah menciptakan kelahiran Baginda Nabi di bulan lain yang justru memberi pertolongan dan kemuliaan di bulan lain itu sendiri.”
Adapun masalah tempat, Nabi Muhammad juga tidak dilahirkan di dalam tempat mulia, Ka’bah. Makkah yang dulu dipenuhi masyarakat jahiliyah di kemudian hari justru mulia karena menjadi tempat kelahiran Rasulullah.
Sedangkan Madinah, sebagai tempat hijrah dan jasad Nabi diistirahatkan. Bahkan menurut banyak ulama, Madinah dianggap lebih utama dan mulia daripada Makkah. Kesimpulan ini muncul lantaran sudut pandang akan keberadaan jasad Rasulullah yang tak ada di Makkah.
Atas kehadiran Rasulullah di Madinah, kemudian lahir satu tempat taman surga. Sebagaimana yang telah disabdakan Nabi:
مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ
Artinya: Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga. (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karenanya, merayakan maulid Nabi Muhammad SAW adalah sebagai bentuk pengungkapan rasa syukur dan bahagia atas kelahiran manusia paling mulia.