Dalam kalender Hijriah, bulan Rajab merupakan bulan ketujuh. Bulan Rajab juga termasuk dalam daftar bulan-bulan yang dimuliakan (al-asyhur al-hurum) karena beberapa kemuliaan yang terkandung di dalamnya. Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. (QS At-Taubah : 36).
Maksud empat bulan haram dalam ayat tersebut adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Menurut Imam al-Ghazali, salah satu amalan yang disunnahkan dalam bulan Rajab adalah berpuasa. kesunnahan berpuasa lebih ditekankan pada hari-hari yang memiliki kemuliaan.
Pelaksanaan puasa Rajab dilakukan hanya beberapa hari saja. Sebagian sahabat Nabi, memakruhkan puasa Rajab selama satu bulan penuh karena dianggap menyerupai puasa bulan Ramadhan. Puasa Rajab disarankan untuk dilakukan saat bertepatan hari-hari utama agar pahalanya lebih besar. Seperti pada ayyamul bidh (tanggal 13, 14, dan 15), hari Senin, hari Kamis, dan hari Jumat.
Adapun anjuran pada empat bulan yang dimuliakan sebagaimana Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam I’anah at-Thalibin mengutip hadits berikut:
صم من الحرم واترك صم من الحرم واترك صم من الحرم واترك
Artinya: “Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!” (HR. Abu Dawud).
Anjuran untuk melakukan sekaligus meninggalkan pada hadits di atas maksudnya adalah berpuasa semampunya.
Dalam Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali mengutip dua hadits berikut:
صوم يوم من شهر حرام أفضل من ثلاثين من غيره وصوم يوم من رمضان أفضل من ثلاثين من شهر حرام
Artinya: “Satu hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Satu hari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.”
من صام ثلاثة أيام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب الله له بكل يوم عبادة تسعمائة عام
Artinya: “Barang siapa berpuasa selama tiga hari dalam bulan haram, hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Maka Allah balas setiap satu harinya dengan pahala sebesar ibadah 900 tahun.”
Selain itu, puasa Rajab juga bisa dilaksanakan dengan satu hari berpuasa dan satu hari tidak berpuasa.
Bagi orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan, diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunnah Rajab. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syattha’ dalam Hasyiyah I’anah at-Thalibin dengan mengutip fatwa Al-Barizi, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka otomatis juga memperoleh kesunnahan puasa Rajab.
Sebagaimana puasa sunnah pada umumnya, waktu niat puasa sunnah bisa dilakukan pada malam hari dan siang hari. Niat pada malam hari mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar shadiq. Sedangkan apabila lupa niat pada malam hari, maka boleh niat pada siang hari dari pagi hari sampai sebelum tergelincirnya matahari ke arah barat selagi ia belum melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Niat pada malam hari:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku berniat puasa Rajab, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Niat pada siang hari:
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Wallahu a’lamubisshowab