Sifat dan Kepribadian Rasulullah dalam Mendidik Para Sahabat

oleh -dibaca 27 orang

Akhir-akhir ini, sering kali kita disuguhkan di media sosial dengan tontonan seorang oknum da’i yang tidak sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW dalam mendidik jamaahnya. Lalu, bagaimana sifat dan kepribadian Rasulullah dalam mendidik sahabatnya?

Rasulullah adalah seorang pengajar dan pendidik. Beliau memberikan pengajaran dan pendidikan tentang makna dan maksud ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, hikmah (as-Sunnah), dan berbagai hal yang belum diketahui sahabatnya. Di samping memberikan pengajaran tentang perilaku positif melalui teladan yang baik dan pengajaran tentang keesaan Allah SWT.

Rasulullah telah berhasil mengubah perilaku para sahabat dari gelapnya kebodohan menuju terangnya pengetahuan. Dari keegoisan yang durjana menuju kemanusiaan yang penuh kasih. Dari fanatisme kesukuan dan kebangsaan yang buta menuju persaudaraan yang tulus karena Allah SWT.

Sehingga, sudah seyogyanya bagi para pendidik untuk meniru sifat-sifat dan kepribadian Rasulullah dalam mendidik umat dan meneladaninya agar cita-cita luhur sang pendidik bisa tercapai. Berikut adalah 4 sifat dan kepribadian Rasulullah yang bisa ditiru dalam mendidik umat yang dikutip dari kitab ar-Rasul al-Mu’allim wa Asalibuhu fi at-Ta’lim hal. 14-18 karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

1. Mendorong Kegiatan Belajar Mengajar

Rasulullah menciptakan metode pengajaran yang menyenangkan dan mengutamakan pemberantasan kebodohan serta mengecam keras kemalasan dalam proses belajar mengajar.

BACA JUGA:   Kiai Hasbullah Huda Jelaskan Asal-usul Perintah Puasa Ramadhan

2. Berbelas Kasih dan Penyayang

Beliau selalu menunjukkan sifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap muridnya serta sangat antusias dalam mengajarkan ilmu dan kebaikan.

3. Menghargai Setiap Orang

Beliau tidak pernah membeda-bedakan antar sahabatnya dan memberikan perhatian secara merata, sehingga setiap orang merasa dicintai dan dihargai.

4. Pendengar yang Baik dan Rendah Hati

Beliau selalu mendengarkan dengan baik, bersikap rendah hati terhadap orang yang bertanya serta memberikan penjelasan dengan sabar dan penuh perhatian.

Sementara itu, setidaknya ada 7 metode yang digunakan Rasulullah untuk mendidik para sahabatnya, khususnya Ahlus Shuffah, sahabat Nabi yang tinggal di emperan Masjid Nabawi sebagaimana dikutip dari buku As-Shuffah, Yakhsyallah Mansur, 2015.

1. Metode Lingkaran (Halaqah)

Sahabat duduk setengah lingkaran mengelilingi Rasulullah, memudahkan interaksi langsung dan kedekatan emosional. Metode ini menunjukkan pendidikan Islam yang egaliter.

“Maka Rasulullah SAW duduk di tengah kami, agar jarak antara dirinya dengan kami seimbang. Kemudian beliau memberikan isyarat dengan tangannya agar mereka duduk melingkar sehingga wajah mereka tampak oleh beliau,” kata Abu Sa’id al-Khudri dalam hadits riwayat Abi Dawud.

2. Metode Dialog dan Diskusi (al-Hiwar wa al-Mujadalah)

BACA JUGA:   Kontroversi Kesunnahan Puasa Rajab, Berikut Penjelasannya

Sesuai riwayat Abu Nu’aim al-Ashfihani, suatu ketika Rasulullah mendatangi para sahabatnya yang tinggal di emperan Masjid Nabawi. Semula Rasulullah bertanya perihal kondisi mereka. Namun kemudian beliau menyampaikan suatu hal, mereka kemudian menjawabnya dan begitu seterusnya. Rasulullah dan mereka saling menimpali.

Metode pendidikan seperti itu membuat guru dan anak didik menjadi aktif. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuannya saja, tapi juga merangsang dan mendorong agar anak didiknya bisa mengeluarkan pemikiran dan pendapatnya tanpa rasa takut karena mendapatkan kesempatan.

3. Metode Ceramah (al-Khuthbah)

Beliau menyampaikan wahyu dan pengajaran dengan ceramah disertai contoh dan perumpamaan yang logis agar mudah dipahami. Rasulullah memulai ceramah dengan kalimat yang menyentuh hati secara singkat dan padat, lalu menyampaikan intinya secara ringkas sehingga mudah dipahami.

4. Metode Kisah (al-Qishshah)

Beliau menyertakan kisah untuk menjelaskan gagasan. Cerita membantu sahabat memahami dan mengambil hikmah. Rasulullah menggunakan kisah terkait dengan tema pengajaran agar pesan lebih hidup dan relevan. Rasulullah menyertakan kisah atau cerita dalam pengajarannya untuk membantu menjelaskan suatu pemikiran dan mengungkapkan suatu masalah.

5. Metode Penugasan (at-Tathbiq)

Sahabat yang sudah mahir ditugaskan mengajar yang lain. Membentuk kaderisasi guru dan da’i, serta melatih tanggung jawab dan pengamalan ilmu. Rasulullah mengirim 70 sahabat Anshar untuk mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah atas permintaan suatu kaum sesuai hadits riwayat Muslim dari Anas bin Malik.

BACA JUGA:   Hikmah dan Keberkahan Lebaran 7 Hari

6. Metode Teladan dan Panutan (al-Uswah wa al-Qudwah)

Nabi mempraktikkan langsung apa yang beliau ajarkan. Sahabat belajar bukan hanya teori, tapi juga akhlak nyata. Rasulullah memerintahkan suatu amal yang memang beliau lakukan sendiri, dan melarang sesuatu yang beliau juga tinggalkan.

Dengan demikian, Rasulullah mengedepankan metode teladan dalam pengajaran dan pendidikannya. Karena bagaimanapun, metode teladan merupakan metode yang paling efektif dan baik dalam proses pembelajaran. Murid tidak hanya menerima pengetahuan, tapi juga mendapatkan teladan.

7. Metode Perumpamaan (Dharb al-Amtsal)

Beliau menggunakan perumpamaan untuk memudahkan pemahaman. Dengan memberikan perumpamaan-perumpamaan, Rasulullah berharap yang disampaikannya bisa diterima dengan baik oleh sahabatnya.

“Rasulullah bertanya siapa yang suka membawa pulang dua unta gemuk. Lalu beliau bersabda: belajar dua ayat Al-Qur’an lebih baik daripada dua unta tersebut.” (HR Abu Nu’aim).

Demikianlah tujuh metode pembelajaran yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Metode-metode tersebut merupakan cara bagaimana Rasulullah membimbing dan mendidik para sahabat. Rasulullah memiliki banyak metode yang bisa beliau gunakan. Semoga kita bisa meniru dan meneladaninya.

Selamet Angguniawan