Metode Dakwah NU dalam Menyebarkan Ajaran Aswaja

oleh -dibaca 757 orang

Dalam perjalanan panjang sejarah Islam di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi salah satu kekuatan utama yang menjaga dan menyebarkan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). NU berhasil memadukan ajaran Islam dengan kearifan lokal, menjadikannya lebih dekat dengan masyarakat dan tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Dakwah NU tidak hanya berbicara tentang ritual keagamaan semata, tetapi juga membawa pesan perdamaian, kebijaksanaan, serta semangat toleransi yang kuat. Dengan pendekatan yang inklusif, NU mampu menjaga harmoni sosial, memperkuat pendidikan, dan berperan aktif dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Metode dakwah yang diusung oleh NU mencerminkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, menghadirkan Islam yang ramah, bukan marah.

Pengantar ini mencerminkan bagaimana NU berhasil mempertahankan ajaran Aswaja di tengah masyarakat yang plural dan modern, serta perannya sebagai pilar penting dalam merawat nilai-nilai keislaman yang damai dan moderat. Mari kita telusuri lebih jauh metode dakwah NU dalam menyebarkan ajaran Aswaja yang menjadi jantung identitas Islam Indonesia.

Metode dakwah Nahdlatul Ulama (NU) dalam menyebarkan ajaran Aswaja memiliki beberapa pendekatan khas yang sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah beberapa metode utama yang digunakan NU dalam menyebarkan ajaran Aswaja:

BACA JUGA:   Merapikan Komitmen Merespon Kerentanan Bencana

1. Pendekatan Kultural (Kearifan Lokal)

NU mengintegrasikan ajaran Islam dengan budaya lokal tanpa melanggar syariat Islam. Contohnya, tradisi seperti tahlilan, selamatan, dan perayaan Maulid Nabi tetap dipertahankan sebagai bagian dari penguatan nilai-nilai Islam di masyarakat. Dengan cara ini, dakwah NU terasa lebih mudah diterima dan tidak dianggap asing.

2. Pendidikan Formal dan Nonformal

NU sangat aktif dalam mengelola lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, dan universitas. Pesantren menjadi pusat pengajaran ajaran Aswaja dengan fokus pada pendidikan agama yang komprehensif, seperti ilmu fikih, tafsir, dan akhlak. Selain itu, NU juga memanfaatkan forum pengajian dan majelis taklim untuk memperkuat pemahaman masyarakat umum tentang ajaran Aswaja.

3. Dakwah Bil Hikmah

Pendekatan dakwah NU sangat menekankan metode bil hikmah atau dengan kebijaksanaan, yaitu menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang penuh kasih, lemah lembut, dan bijaksana. Ini mencerminkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, membawa rahmat bagi seluruh alam.

4. Pendekatan Dialog dan Toleransi

NU menekankan pentingnya dialog antarumat beragama dan hidup berdampingan dengan harmonis di tengah masyarakat plural. Toleransi antaragama menjadi salah satu prinsip penting dalam dakwah NU, sejalan dengan ajaran Aswaja yang menolak ekstremisme dan radikalisme.

BACA JUGA:   Yang Terabaikan

5. Penggunaan Teknologi dan Media

Dalam era modern, NU juga memanfaatkan media massa, televisi, dan platform digital untuk menyebarkan ajaran Aswaja. Dengan adanya platform seperti NU Online, NU dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, termasuk generasi muda.

6. Gerakan Sosial dan Kemanusiaan

NU tidak hanya fokus pada dakwah keagamaan, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial seperti bantuan kemanusiaan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan aksi solidaritas. Melalui kegiatan sosial, NU menunjukkan ajaran Islam yang peduli pada kesejahteraan umat dan masyarakat.

7. Organisasi dan Jaringan Keumatan

NU sebagai organisasi massa memiliki struktur yang kuat dari tingkat pusat hingga desa. Jaringan ini memudahkan penyebaran ajaran Aswaja melalui kegiatan keagamaan, pendidikan, dan sosial yang terorganisir.

Melalui metode-metode tersebut, NU mampu menjaga keberlangsungan ajaran Aswaja di Indonesia secara damai, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Sebagai garda terdepan dalam menjaga ajaran Aswaja, Nahdlatul Ulama terus beradaptasi dengan dinamika zaman tanpa meninggalkan akar tradisinya. Melalui dakwah yang bijaksana, inklusif, dan berbasis kearifan lokal, NU berhasil menyebarkan pesan Islam yang damai dan penuh toleransi.

BACA JUGA:   Bulan Rabi'ul Awwal: Momen Restorasi Moral

Dengan pendekatan yang menghargai budaya dan keberagaman, NU tidak hanya menjadi penjaga warisan keislaman, tetapi juga penggerak perubahan sosial yang harmonis dan berkelanjutan. Inilah kekuatan dakwah NU, yang tak hanya menginspirasi umat, tetapi juga merawat keberagaman dalam bingkai persatuan.

Ditulis oleh: Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI. Pengasuh Pon Pes Manarul Qur’an Sukodono Lumajang 

Daftar Pustaka

1. Abdillah, M. (2010). Nahdlatul Ulama dan Islam Nusantara: Tradisi, Relasi Kuasa, dan Transformasi Sosial. Jakarta: Pustaka Obor.

2. Asnawi, L. (2015). Dakwah Nahdlatul Ulama di Tengah Tantangan Globalisasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

3. Bush, R. (2009). Nahdlatul Ulama and the Struggle for Power within Islam and Politics in Indonesia. Singapore: ISEAS Publishing.

4. Khalimi, M. A. (2018). Ahlussunnah wal Jama’ah dalam Perspektif NU. Surabaya: Pustaka Pelajar.

5. Karim, A. (2013). Islam Nusantara: Sejarah, Tradisi, dan Perkembangannya. Malang: UIN Maliki Press.

6. Wahid, A. (2011). Islam, Tradisi, dan Transformasi Sosial: Refleksi Nahdlatul Ulama. Jakarta: LKiS.

7. Zulkifli, M. (2016). Islam Moderat Indonesia: Sejarah dan Perkembangan Nahdlatul Ulama. Bandung: Mizan.