NU-LUMAJANG.OR.ID, Bangkalan. Nama Muhammad Kholil, Ulama asal Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur tepatnya di Kepulauan Madura merupakan Ulama kharismatik yang menyandang gelar Maha Guru Ulama dan Kiai Nusantara.
Bukan tanpa sebab, gelar itu disematkan, sebab Syaikhona Kholil tercatat sebagai ulama sekaligus guru para ulama dan kiai besar di Indonesia, diantara muridnya yang masyhur adalah KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH R As’ad Syamsul Arifin, KH Muhammad Hasan, KH Bisri Samsuri dan banyak lagi yang lainnya.
“Syaikhona Kholil Al-Bangkalani merupakan tokoh besar yang menjadi maha guru dari pada Ulama Indonesia,” ungkap KH Zulfa Mustofa saat menjadi pembicara dalam Seminar Memorial 1 Abad Syaikhona Muhammad Kholil, di Martajasah, Bangkalan, pada Sabtu (12/04/2025).
Lebih lanjut, KH Zulfa Mustofa mengungkap kebesaran nama Syaikhona Kholil ini buah dari perjuangan dan keilmuannya dalam mencari ilmu, mendidik dan mensyiarkan Agama Islam di Indonesia.
Bahkan, Kiai yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU itu menyebut jika Syaikhona Kholil memiliki relasi kedekatan dengan Syekh Nawawi al-Bantani sebagai murid dan Syekh Muhammad Mahfudz, Tremas.
Dalam catatan sejarah, sebelum berangkat ke Tanah Suci Makkah. Syaikhona Muhammad Kholil pernah berguru kepada para ulama di Jawa dan Madura. Saat berada di Makkah inilah, Syaikhona Kholil berguru langsung kepada Syekh Nawawi al-Bantani.
“Kedalaman Ilmu ke-2 orang ini disebut sebagai tokoh ulama yang merubah pandangan orang timur tengah terhadap orang Jawa secara umum (menghormati),” tambah KH Zulfa Mustofa.
Keduanya juga dikenal sebagai ulama yang senang melihat orang alim lain juga maju. Salah satu bentuk dukungan Syaikhona Muhammad Kholil yakni merekomendasikan agar santri-santrinya juga belajar (nyantri) kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang tidak lain merupakan salah satu santri Syaikhona Muhammad Kholil.
Sekretaris PCNU Lumajang, Ustadz Ahmad Ihwanul Muttaqin menyebut jika Syaikhona Kholil disebut-sebut sebagai Bapak Pesantren Indonesia, karena melanjutkan perjuangan sang Guru (Syekh Nawawi al-Bantani) sebagai inisiator berdirinya Pesantren di Indonesia.
“Syekh Nawawi al-Bantani ini merupakan inisiator berdirinya pesantren di Indonesia, yang kemudian diteruskan oleh Syaikhona Kholil sebagai santrinya Syekh Nawawi,” ungkapnya.
Ia juga mengajak seluruh jama’ah Nahdlatul Ulama (NU) agar ikut meniti jejak Ulama dan Muassis NU dengan belajar di Pondok Pesantren, agar bisa menata pijakan dalam menjalani hidup sebagai manusia yang sesungguhnya.
Wallahu a’lam bishawab