Santri Pilar Islam Rahmatan Lil Alamin di Indonesia

oleh -dibaca 77 orang
nu-lumajang.or.id
(Sumber foto: pinterest) Ilustrasi

Santri adalah penjaga warisan nilai keislaman sekaligus perekat harmoni dalam keberagaman Indonesia. Dengan akhlak mulia, ilmu yang mendalam, dan semangat kebangsaan, mereka berperan strategis dalam mewujudkan Islam rahmatan lil alamin. Dalam berbagai aspek kehidupan, santri menjadi teladan moderasi, pendorong pemberdayaan, serta pelopor dakwah yang damai dan inklusif. Peran ini menegaskan posisi santri sebagai pilar penting bagi Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam di tengah dinamika kehidupan bangsa.

Santri memiliki peran yang sangat penting dalam membangun Islam yang rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana ajaran Islam yang penuh dengan kasih sayang, toleransi, dan keadilan. Di Indonesia, peran ini terlihat jelas dalam berbagai aspek kehidupan:

1. Penjaga Nilai Keislaman dan Kebangsaan

Santri berperan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Mereka memahami bahwa Islam dan Pancasila tidak bertentangan, sehingga mampu menjadi perekat harmoni di tengah keberagaman bangsa.

BACA JUGA:   Kebijaksanaan dalam Kegilaan: Hikmah dari Kisah Bahlul dan Khalifah Harun Al-Rasyid

2. Pendorong Pendidikan Berbasis Akhlak

Sebagai produk pendidikan pesantren, santri menjadi teladan dalam mengamalkan ilmu berbasis akhlak mulia. Dengan wawasan keislaman yang mendalam, mereka dapat mendidik masyarakat untuk menjalani kehidupan yang baik dan berintegritas.

3. Pemimpin Umat dan Masyarakat

Santri sering kali menjadi tokoh masyarakat yang mengarahkan umat dalam menjalani Islam yang damai dan inklusif. Mereka mempraktikkan Islam yang mengedepankan persatuan, bukan perpecahan.

4. Agent of Change dalam Ekonomi dan Sosial

Dalam konteks modern, santri juga terlibat dalam pengembangan ekonomi Islam, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan sumber daya lokal secara adil dan berkelanjutan. Mereka menjadi pendorong utama ekonomi syariah yang menyejahterakan.

5. Teladan Moderasi Beragama

Islam rahmatan lil alamin menuntut moderasi dalam beragama. Santri berperan sebagai penyebar paham Islam yang wasathiyah (moderat), melawan ekstremisme, dan mendorong toleransi antaragama serta antargolongan.

BACA JUGA:   Romadlona apa Romadloni? Inilah Cara Melafalkan Niat Puasa Ramadhan

6. Penyebar Dakwah yang Damai dan Inklusif

Melalui dakwah yang santun dan berbasis hikmah, santri menyebarkan ajaran Islam yang damai dan inklusif. Mereka mampu menjembatani berbagai kalangan, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Dengan memanfaatkan ilmu, akhlak, dan semangat kebangsaan, santri menjadi garda terdepan dalam membangun Islam yang rahmatan lil alamin di Indonesia, sehingga agama ini tidak hanya membawa kedamaian bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia yang beragam.

Dengan peran yang semakin relevan di era modern ini, santri terus menjadi agen perubahan yang menebarkan rahmat dan kedamaian. Melalui ilmu, akhlak, dan semangat kebangsaan, mereka tidak hanya menjaga nilai-nilai Islam, tetapi juga memperkuat Indonesia sebagai bangsa yang harmonis dan berkeadilan. Santri, sebagai pahlawan sejati, membuktikan bahwa Islam rahmatan lil alamin dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA:   Menakar Politik Kembar Mayang Lumajang

Oleh: Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI

Daftar pustaka

1. Azyumardi Azra. Islam in the Indonesian World: An Account of Institutional Formation. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2006.

2. Hasyim, Syamsul. Santri dan Peranannya dalam Kehidupan Sosial di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013.

3. Muchtar, M. Iqbal. Islam, Kebangsaan, dan Toleransi di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

4. Nasution, Harun. Islam dan Pancasila: Perspektif Santri. Jakarta: Rajawali Press, 2017.

5. Wahid, Abdurrahman. Islam, Negara, dan Demokrasi: Sebuah Refleksi Santri. Jakarta: LP3ES, 2009.

6. Zulkifli, Abdul. Peran Pesantren dalam Membangun Kehidupan Sosial dan Politik di Indonesia. Bandung: Mizan, 2012.