Peran Strategis Pondok Pesantren Lestarikan Ajaran Aswaja 

oleh -dibaca 287 orang

Pondok pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah mengakar kuat dalam sejarah peradaban Nusantara, memiliki peran strategis dalam menjaga kelangsungan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

Di tengah arus modernisasi dan berbagai tantangan global, pesantren tetap menjadi benteng kokoh yang memelihara nilai-nilai Islam moderat dan toleran. Melalui pengajaran yang mendalam dan teladan dari para kiai, pesantren mampu membentuk generasi Muslim yang berakhlak mulia, berilmu, serta berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Ajaran Aswaja yang mengedepankan keseimbangan antara iman, ilmu, dan amal, terus disemai di lingkungan pesantren dan disebarkan melalui dakwah yang menyejukkan. Oleh karena itu, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pengembangan moral dan spiritual yang berkontribusi besar dalam membangun peradaban yang damai dan harmonis.

Pondok pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam melestarikan dan menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren menjadi pusat pembelajaran yang mengajarkan nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan sesuai dengan prinsip-prinsip Aswaja.

BACA JUGA:   Aswaja Benteng Spiritual di Era Materialisme

Berikut adalah beberapa peran utama pesantren dalam melestarikan dan menyumbangkan ajaran Aswaja:

1. Pendidikan dan Pengajaran

Pesantren mengajarkan kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang berisi ajaran-ajaran ulama terdahulu yang berpegang teguh pada paham Aswaja. Materi ajaran ini meliputi tauhid, fiqih, tasawuf, serta adab yang sesuai dengan prinsip-prinsip Aswaja.

2. Pembentukan Akhlak dan Karakter

Pesantren menekankan pendidikan akhlak berdasarkan ajaran Aswaja, di mana para santri dibentuk untuk memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Islam moderat, seperti menghormati perbedaan, menjunjung tinggi persatuan umat, serta menghindari sikap ekstremisme dan radikalisme.

3. Pemelihara Tradisi Keagamaan

Tradisi keagamaan seperti tahlilan, maulid Nabi, dan ziarah kubur yang menjadi bagian dari budaya Islam di Indonesia, dilestarikan oleh pesantren. Tradisi-tradisi ini merupakan bagian dari praktik ajaran Aswaja yang menekankan pentingnya menghormati ulama dan leluhur.

BACA JUGA:   Orang Tua Pakai Uang Lebaran Milik Anaknya, Bagaimana Hukumnya?

4. Peran Sosial dan Dakwah

Pondok pesantren juga berperan aktif dalam berdakwah di masyarakat untuk menyebarkan ajaran Aswaja. Para kiai dan santri seringkali menjadi tokoh yang dihormati di komunitas mereka dan menyampaikan ajaran Islam yang damai, toleran, serta inklusif sesuai dengan prinsip Aswaja.

5. Membangun Pemahaman Islam yang Kontekstual

Pesantren menyesuaikan ajaran Aswaja dengan konteks sosial budaya Indonesia, sehingga nilai-nilai Aswaja tidak hanya terpelihara, tetapi juga relevan dengan kehidupan masyarakat modern.

Dengan demikian, pondok pesantren memainkan peran strategis dalam menjaga keberlanjutan ajaran Aswaja, baik melalui pendidikan, pembentukan akhlak, maupun penyebaran nilai-nilai moderasi Islam di tengah masyarakat.

Dengan peran strategisnya dalam melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, pondok pesantren terus menjadi pilar penting dalam membentuk generasi Muslim yang berilmu, berakhlak, dan moderat.

Keberlanjutan ajaran ini memastikan terwujudnya kehidupan umat yang damai, toleran, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dalam keberagaman.

BACA JUGA:   Kualitas Moderasi Beragama di Lumajang

Ditulis Oleh: Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI, Pengasuh Pondok Pesantren Manarul Qur’an Sukodono Lumajang

Daftar Pustaka

1. Azra, A. (2013). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia. Kencana Prenada Media Group.

2. Bruinessen, M. V. (1994). Pesantren dan Kitab Kuning: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Mizan.

3. Madjid, N. (2008). Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Paramadina.

4. Mukti Ali, A. (1970). Ilmu Kalam. Bulan Bintang.

5. Rahardjo, D. (1996). Pesantren dan Pembaharuan. LP3ES.

6. Zuhri, S. (2015). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Menelusuri Akar Sejarah Pendidikan Islam Nusantara dari Masa ke Masa. Erlangga.

7. Wahid, A. (1983). Pesantren sebagai Subkultur. LP3ES.

8. Nasuha, M. (2017). Ahlussunnah Wal Jamaah di Nusantara: Studi Atas Peran Pesantren dalam Melestarikan Aswaja. Pustaka Aswaja.