Khatib Duduk diantara Dua Khutbah, Jamaah Jum’at Dianjurkan Berdoa atau Jawab Shalawat?

oleh -dibaca 257 orang

Lazim kita saksikan praktek shalat Jum’at di masyarakat ketika Khatib (orang yang berkhutbah) duduk diantara dua khutbah biasanya Muraqqi (orang yang mengumandangkan adzan, iqamah dan tarqiyah) langsung membacakan shalawat.

Fenomena ini menimbulkan kebingungan, sebab di satu sisi kita dianjurkan menjawab shalawat namun dikesempatan yang sama kita dianjurkan untuk berdoa karena merupakan waktu paling mustajab (mudah terkabul).

Lalu, manakah yang diprioritaskan antara menjawab shalawat dengan berdoa? Berikut penjelasan Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyah juz I halaman 251:

وسئل نفع الله به عما إذا جلس الخطيب بين الخطبتين هل يستحب له في جلوسه دعاء او قراءة او لا وهل يسن للحاضرين حينئذ أن يشتغلوا بقراءة او دعاء او صلاة على النبي صلى الله عليه وسلم برفع الصوت او لا فأجاب بقوله ذكر فى العباب أنه يسن له قراءة سورة الإخلاص وقلت في شرحه لم أر من تعرض لندبها بخصوصها فيه ويوجه بأن السنة قراءة شيء من القرآن فيه كما يدل عليه رواية ابن حبان كان صلى الله عليه وسلم يقرأ في جلوسه من كتاب الله وإذا ثبت أن السنة ذلك فهي أولى من غيرها لمزيد ثوابها وفضائلها وخصوصياتها قال القاضي والدعاء في هذه الجلسة مستجاب انتهت عبارة الشرح المذكور ويؤخذ مما ذكر عن القاضي أن السنة للحاضرين الإشتغال وقت هذه الجلسة بالدعاء لما تقرر أنه مستجاب حينئذ وإذا اشتغلوا بالدعاء فالأولى أن يكون سرا لما فى الجهر من التشويش على بعضهم ولأن الإسرار هو الأفضل فى الدعاء إلا لعارض اه‍

BACA JUGA:   Inilah Alasan Wajibnya Niat di Malam Hari dalam Puasa Wajib

Artinya: “Imam Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang masalah ketika si Khatib duduk diantara dua khutbah: apakah bagi si Khatib ketika di waktu duduknya disunnahkan untuk berdoa atau membaca surat Al-Qur’an (surat Al-Ikhlas) ataukah tidak disunnahkan? Dan apakah disunnahkan bagi para jamaah untuk berdoa atau bershalawat kepada Nabi SAW dengan suara keras ataukah tidak disunnahkan? Ia menjawab: telah dijelaskan dalam karya Al-Ubab, bahwasanya si Khatib disunnahkan membaca surat Al-Ikhlas. Dan saya berkata dalam karya Syarah Al-Ubab, saya tidak mengetahui satu orang pun yang menentang disunnahkannya membaca surat Al-Ikhlas yang dikhususkan ketika Khatib duduk diantara dua khutbah. Dan dibuat wajah bahwa yang disunnahkan adalah membaca ayat dari Al-Qur’an, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh hadits riwayat Ibnu Hibban, Rasulullah SAW ketika di waktu duduk (diantara dua khutbah) membaca ayat Al-Qur’an, dan ketika telah ditetapkan kesunnahan membaca ayat Al-Qur’an (surat Al-Ikhlas) maka itu lebih utama daripada membaca yang lainnya, karena membaca ayat Al-Qur’an memiliki pahala yang lebih, begitu pula keutamaan dan sifat kekhususannya. Al-Qadli Husain berkata, membaca doa ketika duduk diantara dua khutbah itu sangat mustajab. Selesai sudah ungkapan dari karya Syarah Al-Ubab yang telah disebutkan di atas. Dan bisa diambil kesimpulan dari pemaparan Al-Qadli Husain di atas, bahwasanya bagi jamaah Jum’at ketika duduk tersebut disunnahkan untuk mengisinya dengan berdoa karena ada keterangan yang sudah ditetapkan bahwa berdoa pada waktu tersebut sangat mustajab. Dan andaikan jamaah Jum’at mengisinya dengan berdoa maka yang lebih utama doa tersebut dibaca dengan suara pelan-pelan (tidak keras), sebab membaca doa dengan suara keras itu bisa mengganggu terhadap jamaah yang lainnya dan karena membaca doa dengan suara pelan-pelan itu adalah etika yang lebih utama untuk berdoa, terkecuali ada sesuatu yang bertentangan (bertolak belakang).”

BACA JUGA:   Inilah Waktu Pelaksanaan Takbir Idul Adha, Lengkap dengan Lafalnya

Wallâhu a’lam bisshawab.