Salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam adalah Rajab. Dalam sebagian hadits riwayat ad-Dailami disebutkan bahwa Rajab adalah bulannya Allah (syahrullâh).
Nabi Muhammad saat melihat hilal bulan Rajab beliau berdoa, “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan” (HR Ahmad, al-Muttaqi al-Hindi dan lainnya).
Nabi juga memerintahkan salah seorang sahabatnya untuk berpuasa di bulan Rajab dan bulan mulia lainnya (HR Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya).
Dalam bulan Rajab terdapat satu momentum penting, yaitu pada Jumat terakhir di bulan itu.
Jumat terakhir bulan Rajab tersebut terdapat satu amalan yang diyakini memiliki manfaat besar untuk keberlangsungan hidup seseorang selama setahun. Karena faedah amalan itu dapat terhindar dari kemiskinan.
Sedangkan Jumat terkahir bulan rajab kali ini bertepatan pada tanggal 28 Rajab 1445 H atau 09 Februari 2024 M mendatang.
Amalan ini sudah tidak asing lagi di kalangan ulama dan habaib. Sulthanul Ulama dari Yaman, al-Mukarram al-Syekh al-Habib Salim bin Abdullah al-Syathiri misalnya pernah mengijazahkan amalan tersebut untuk dibaca pada Jumat terakhir bulan Rajab.
Berikut amalannya, sebagaimana dilansir dari NU Online:
أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
Artinya, “Ahmad utusan Allah, Muhammad utusan Allah.”
Cara Membaca Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab
Amalan Jumat terakhir bulan Rajab sebagaimana yang disebutkan di atas dibaca sebanyak 35x di saat khatib berada di mimbar menyampaikan khutbah yang kedua.
Demikian dijelaskan oleh Syaikh Hamid bin Muhammad Ali Quds dalam kitab Kanzun Najah was Surur yang menjelaskan bahwa Syaikh Ali al-Ajhuri menerangkan berikut ini:
أَنَّ مَنْ قَرَأَ فِيْ آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَالْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِأَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهْ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهْ (خَمْسًا وَثَلَاثِيْنَ مَرَّةً) لَا تَنْقَطِعُ الدَّرَاهِمُ مِنْ يَدِهِ ذَلِكَ السَّنَةَ
Artinya, “Sesungguhnya barang siapa di akhir Jumat bulan Rajab, saat khatib berada di mimbar membaca; ‘Ahmadu Rasulullohi muhammadur rosulullohi’ (sebanyak 35 kali), maka dirham tidak akan putus dari tangannya pada tahun tersebut (selama setahun akan selalu memegang uang).”
Muncul pertanyaan, bagaimana bisa membaca amalan Jumat terakhir bulan Rajab saat khatib berada di mimbar, sementara ada larangan berbicara saat khutbah berlangsung?
Dalam kitab yang sama, Kanzun Najah was Surur dijelaskan bahwa amalan tersebut bisa dibaca di dalam hati, atau dibaca ketika khatib duduk di mimbar sebelum khutbah, atau ketika doa untuk para sahabat:
السؤال كيف يقرأ والخطيب على المنبر وهو فى نفس الوقت مأمور بالانصات الجواب أنه ليس من شروط القراءة التلفظ بل استحضارها بالقلب يكفي او يقرأ حال الجلوس على المنبر قبل الخطبة او يقرأ حال الدعاء او الترضي من الصحابة لان المراد بالانصات حال الخطبة هو الانصات حال استماع اركان الخطبة لاغير.اه
Artinya, “Bagaimana kita membacanya? Sedangkan khatib di atas mimbar, dan di waktu itu kita diperintahkan untuk diam mendengar khutbah? Jawabannya, tidak disyaratkan untuk membacanya dengan mulut akan tetapi di dalam hati saja sudah cukup, atau dibaca ketika khatib duduk di mimbar sebelum khutbah, atau ketika doa untuk para sahabat, karena yang dimaksud untuk diam di dalam khutbah (inshatu) adalah diam mendengarkan rukun khutbah, bukan yang lainnya.”
Keistimewaan Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab
Amalan Jumat terakhir bulan Rajab memiliki keistimewaan, manfaat atau faedah yang besar, yakni dicukupkan kebutuhan kita sepanjang tahun. Karena uang di tangan kita tidak bakal kunjung habis. Dengan begitu, kita terhindar dari kemiskinan.
Semua ini tentu atas kehendak Allah swt. Semua amalan yang kita baca tidak lain untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dan berharap segala keinginan baik dimudahkan jalannya.
Bulan Rajab adalah bulan mulia, jadi momentum baik bagi kita umat Islam agar kian dekat kepada Allah.
Doa-doa di bulan Rajab mudah diterima dan pahala ibadah diganjar dengan berlipat-lipat. Satu dari ibadah yang bisa dilakukan adalah mengerjakan amalan-amalan bulan Rajab, termasuk amalan Jumat terakhir bulan Rajab.