Bolehkah Bertabarruk kepada Orang, Jejak atau Tempat?

oleh -dibaca 1627 orang
Ilustrasi Barokah

Bertabarruk (ngalap barokah) kepada salah seorang ulama sudah menjadi kebiasaan bagi santri-santri di pesantren terutama di Indonesia. Ada bermacam pendapat ulama tentang definisi barakah, diantaranya ialah pendapat:

1. Imam Ahmad bin Muhammad as-Shawi

الْبَرَكَةُ : هِيَ زِيَادَةُ الْخَيْرِ فِى الشّيْءِ

Artinya: “Barakah ialah bertambahnya kebaikan pada sesuatu.”

2. Imam ar-Raghib al-Ashfahani

الْبَرَكَةُ : هِيَ ثُبُوْتُ الْخَيْرِ الْإِلَهِيِّ فِى الشَّيْءِ

Artinya: “Barakah ialah tetapnya kebaikan Tuhan pada sesuatu.”

Sepintas, dua definisi di atas berbeda sekalipun pada hakikatnya sama, yaitu bahwa sesuatu yang membawa kebaikan atau bahkan menambah kebaikan pada seseorang, maka itulah barakah.

Oleh karena itu, menurut Syekh al-Kasanzan, khalifah Tarekat Qadiriyah dunia pada akhir abad 14 Hijriah, barakah tidak bisa mengena untuk kepentingan-kepentingan duniawi murni.

Jadi ukuran barakah itu bukan duniawi tapi ukhrawi. Sekalipun seseorang kaya, tapi kekayaannya tidak dapat menambah kebaikan orang tersebut, maka itu bukan barakah. Sebaliknya, meski ia miskin tapi baik, maka hidupnya barakah.

BACA JUGA:   Tidak Sengaja Menelan Sisa Makanan, Batalkah Puasanya?

Jelasnya, barakah itu mesti seiring dengan keimanan dan ketakwaan seseorang, seperti telah Allah SWT singgung dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

Artinya: “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi.”

Ditinjau dari segi bahasa, tabarruk ialah mencari barakah. Sedangkan hakikatnya menurut tokoh Sunni Mekkah, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki di dalam kitabnya Mafahim Yajibu an Tushohhah:

إِنَّ التَّبَرُّكَ لَيْسَ هُوَ اِلَّا تَوَسُّلًا اِلَى اللّٰهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِذَلِكَ الْمُتَبَرَّكِ بِهِ سَوَاءٌ أَكَانَ أَثَرًا أَوْ مَكَانًا أَوْ شَخْصًا

Artinya: “Tabarruk tiada lain kecuali minta bantuan kepada Allah SWT dengan perantaraan yang ditabarruki, baik berupa jejak, tempat maupun orang.”

BACA JUGA:   Membakar Kemenyan atau Dupa Saat Selamatan, Bagaimana Hukumnya?

Mengapa kita mesti bertabarruk kepada orang, jejak dan/atau tempat? Ulama Mekkah yang kharismatik tersebut menjelaskan:

أَمَّا الْأَعْيَانُ فَلِاعْتِقَادِ فَضْلِهَا وَقُرْبِهَا مِنَ اللّٰهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مَعَ اعْتِقَادِ عَجْزِهَا عَنْ جَلْبِ خَيْرٍ اَوْ دَفْعِ شَرٍّ اِلَّا بِإِذْنِ اللّٰهِ وَأَمَّا الْآثَارُ فَلِأَنَّهَا مَنْسُوْبَةٌ اِلَى تِلْكَ الْأَعْيَانِ فَهِيَ مُشَرَّفَةٌ بِشَرَفِهَا وَمُكَرَّمَةٌ وَمُعَظَّمَةٌ وَمَحْبُوْبَةٌ لِأَجْلِهَا وَأَمَّا الْأَمْكِنَةُ فَلَا فَضْلَ لَهَا لِذَاتِهَا مِنْ حَيْثُ هِيَ أَمْكِنَةٌ وَاِنَّمَا لِمَا يَحِلُّ فِيْهَا وَيَقَعُ مِنْ خَيْرٍ وَبِرٍّ كَالصَّلَاةِ وَالصِّيَامِ وَجَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَاتِ مِمَّا يَقُوْمُ بِهِ عِبَادُ اللّٰهِ الصَّالِحُوْنَ اِذْ تَتَنَزَّلُ فِيْهَا الرَّحْمَاتُ وَتَحْضُرُهَا الْمَلَائِكَةُ وَتَغْشَاهَا السَّكِيْنَةُ وَهَذِهِ هِيَ الْبَرَكَةُ الَّتِيْ تُطْلَبُ مِنَ اللّٰهِ فِى الْأَمَاكِنِ الْمَقْصُوْدَةِ لِذَلِكَ اه‍

Artinya: “Adapun (bertabarruk) kepada orang, (alasannya ialah) karena kita meyakini kebajikan dan kedekatannya kepada Allah SWT, disamping (sudah barang tentu) kita juga meyakini ketidakmampuannya untuk mendatangkan kebaikan atau menolak kejelekan, kecuali dengan seijin Allah. Sementara (bertabarruk) kepada jejak (alasannya ialah) karena ia dikaitkan dengan orang-orang itu. Jadi ia dimuliakan karena kemuliaan orang-orang tersebut. Dihormati, diagungkan dan dicintai karena mereka. Sedangkan tempat tidak punya kelebihan apa-apa, akan tetapi karena kebaikan dan kesalehan yang terjadi di tempat itu, seperti shalat, puasa dan berbagai macam ibadah yang dikerjakan oleh orang-orang shaleh, maka turunlah di situ rahmat, malaikat mendatanginya dan ketenangan meliputinya. Itulah barakah yang dicari dari Allah di tempat-tempat yang dimaksud untuk keperluan tabarruk.”

BACA JUGA:   Niat Shalat Tarawih dan Witir, Lengkap dengan Arti dan Dalil Anjurannya

Penting kita ingat bersama, bahwa ketika kita meyakini disyariatkannya tabarruk, bukan berarti orang, jejak atau tempat yang kita tabarruki itu yang mendatangkan barakah. Semua itu hanya sekedar perantara, sebab yang memberikan barakah adalah Allah SWT.