Pegang Tongkat Saat Khutbah, Bagaimana Hukumnya Menurut 4 Madzhab?

oleh -dibaca 2237 orang
Ilustrasi Khutbah

Selalu kita jumpai ketika melaksanakan shalat Jumat ada dua khutbah sebelumnya. Ketika Khotib (orang yang berkhutbah) naik ke mimbar, maka seorang bilal atau muraqi biasanya menyerahkan tongkatnya kepada khotib. Kemudian khotib memegang tongkat tersebut selama khutbah dibacakan.

Adapun hukum memegang tongkat saat berkhutbah adalah sunnah menurut pendapat madzhab Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Imam Ibnu Majah dalam kitabnya Sunan Ibnu Majah juz 3 halaman 414:

أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ فِى الْحَرْبِ خَطَبَ عَلَى قَوْسٍ وَإِذَا خَطَبَ فِى الْجُمُعَةِ خَطَبَ عَلَى عَصًا اهـ

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika berkhutbah pada waktu peperangan beliau berkhutbah dengan memegang anak panah, dan ketika berkhutbah dalam shalat Jum’at beliau berkhutbah dengan memegang tongkat.”

Dan juga terdapat dalam kitab Al-Umm juz 2 halaman 273 karya Imam Syafi’i:

الْخُطْبَةُ عَلَى الْعَصَا (قَالَ الشَّافِعِيُّ) : رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى : وَبَلَغَنَا {أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ اعْتَمَدَ عَلَى عَصًا}، وَقَدْ قِيْلَ خَطَبَ مُعْتَمِدًا عَلَى عَنَزَةٍ، وَعَلَى قَوْسٍ وَكُلُّ ذَلِكَ اعْتِمَادٌ أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ قَالَ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ {أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ يَعْتَمِدُ عَلَى عَنَزَتِهِ اعْتِمَادًا} (قَالَ الشَّافِعِيُّ) : وَأُحِبُّ لِكُلِّ مَنْ خَطَبَ أَيَّ خُطْبَةٍ كَانَتْ أَنْ يَعْتَمِدَ عَلَى شَيْءٍ، وَإِنْ تَرَكَ الْاِعْتِمَادَ أَحْبَبْتُ لَهُ أَنْ يُسْكِنَ يَدَيْهِ وَجَمِيْعِ بَدَنِهِ، وَلَا يَعْبَثُ بِيَدَيْهِ إِمَّا أَنْ يَضَعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَإِمَّا أَنْ يُسْكِنَهُمَا، وَإِنْ لَمْ يَضَعْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى، وَتَرَكَ مَا أَحْبَبْتُ لَهُ كُلَّهُ أَوْ عَبِثَ بِهِمَا أَوْ وَضَعَ الْيُسْرَى عَلَى الْيُمْنَى كَرِهْتُهُ لَهُ، وَلَا إِعَادَةَ عَلَيْهِ اهـ

BACA JUGA:   Ghibah dalam Perspektif Al-Qur'an dan As-Sunnah

Artinya: “Berkhutbah bertumpu pada tongkat. Imam Syafi’i berkata, semoga Allah SWT memberikan rahmat kepadanya, dan telah sampai kepada kami (berita) bahwasanya Rasulullah SAW berkhutbah, beliau memegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu beliau jadikan tempat bertumpu (pegangan). Dan Ar-Robi’ menceritakan dari Imam Syafi’i dari Ibrahim dari Laits dari Atho’, bahwa Rasulullah SAW jika berkhutbah beliau memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan tumpuan. Imam Syafi’i sangat suka terhadap seseorang yang berkhutbah bertumpu pada sesuatu. Dan apabila ia meninggalkannya, maka saya berharap terhadap seorang khotib untuk menenangkan kedua tangannya dan seluruh badannya, dan hendaknya ia tidak bermain-main dengan tangannya, dengan cara meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, atau dengan cara menenangkan kedua tangannya. Dan apabila si khotib tidak mau tidak mau meletakkan salah satu tangannya di atas tangan yang satunya, dan ia meninggalkan terhadap sesuatu yang saya senangi terhadapnya, atau ia bermain-main dengan kedua tangannya, atau meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya maka hukumnya makruh, dan ia tidak wajib mengulangi khutbahnya.”

BACA JUGA:   Tidur Sepanjang Hari, Apakah Puasanya Sah?

Juga tertera dalam kitab Al-Hawasyi Al-Madaniyah juz 2 halaman 44 karya Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi:

وَأَنْ يَعْتَمِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى نَحْوِ عَصَا اَوْ سَيْفٍ اَوْ قَوْسٍ بِيَسَارِهِ لِلْإِتِّبَاعِ، وَحِكْمَتُهُ أَنَّ هَذَا الدِّيْنَ بِالسِّلَاحِ، وَتَكُوْنُ يُمْنَاهُ مَشْغُوْلَةً بِالْمِنْبَرِ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ كَعَاجٍ اَوْ ذَرْكِ طَيْرٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ جَعَلَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى تَحْتَ صَدْرِهِ اهـ

Artinya: “Dan hendaknya khotib memegang pada sesamanya tongkat atau pedang atau busur panah dengan tangan kirinya karena mengikuti ulama salaf, hikmahnya adalah sesungguhnya agama ini telah tegak dengan bantuan senjata, dan tangan kanannya disibukkan dengan mimbar jika pada mimbar tersebut tidak terdapat najis seperti gading atau kotoran burung. Jika khotib tidak mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka dia menjadikan tangan kanannya di atas tangan kirinya di bawah dadanya.”

BACA JUGA:   Berikut Anjuran dan Lafal Niat Puasa Syawal

Sebuah keterangan juga dijumpai dalam kitab Khutbatu Al-Jum’ati wa Ahkamuha Al-Fiqhiyati juz 1 halaman 154 karya Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al-Hujailan:

اِخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِيْ حُكْمِ اعْتِمَادِ الْخَطِيْبِ أَثْنَاءَ خُطْبَةِ الْجُمْعَةِ عَلَى قَوْسٍ اَوْ عَصًا وَذَلِكَ عَلَى قَوْلَيْنِ : الْقَوْلُ الْأَوَّلُ : يُسَنُّ اِعْتِمَادُهُ عَلَى ذَلِكَ وَبِهَذَا قَالَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ، الْقَوْلُ الثَّانِيْ : يُكْرَهُ الْاِعْتِمَادُ عَلَى ذَلِكَ وَبِهِ قَالَ الْحَنَفِيَّةُ اهـ

Artinya: “Ulama fiqih masih berbeda pendapat tentang hukum bersandarnya seorang khotib ketika di tengah-tengah khutbah bertumpu pada anak panah atau tongkat atas dua pendapat. Pendapat pertama, hukumnya disunnahkan seorang khotib bertumpu pada perkara tersebut di atas. Ini adalah pendapat ulama madzhab Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Pendapat kedua, hukumnya makruh seorang khotib bertumpu pada perkara di atas. Ini adalah pendapat ulama Hanafiyah.”

Dengan demikian, hukum khotib bertumpu pada tongkat saat berkhutbah adalah sunnah karena umat muslim di Indonesia ini mayoritas bermadzhab Syafi’iyah.