Bulan Syawal merupakan bulan penuh kegembiraan karena terdapat hari Raya Idul Fitri, dan di Bulan Syawal ini pula kebanyakan para santri mulai kembali ke pesantrennya usai menjalani libur sejak Bulan Sya’ban sebelumnya.
Maka pada momen inilah para santri atau seseorang yang hendak nyantri di pesantren hendaknya memperhatikan niatnya kembali agar tidak melenceng.
Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim halaman 10, Syaikh Ibrahim bin Ismail Az Zarnuji memperingatkan pentingnya niat dalam segala hal terutama saat dalam masa mencari ilmu.
ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال بالنيات.
“Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda Nabi SAW, sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung niatnya.”
Perbuatan sama akan menjadi berbeda nilainya jika niatnya berbeda.
Berangkat dari hal itu, masih dalam halaman yang sama, Syaikh Az Zarnuji menuliskan niat yang benar bagi santri saat mencari ilmu agar dalam prosesnya nanti diberi kelancaran dan mendapat ilmu yang manfaat.
وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل
“Di waktu belajar hendaklah meniatkan mencari Ridha Allah SWT, kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap orang bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan Islam, sebab kelanggengan Islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.”
وينوى به: الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره.
“Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan raja dan penguasai-penguasa lain.”
Maka, niat-niat tersebut penting ditanamkan dalam diri siapa saja yang sedang mencari ilmu, terlebih para santri yang berkutat mencari dan mendalami ilmu agama.
Tentu, jika niat ini betul-betul dilaksanakan, ilmu yang diperoleh nantinya akan menjadikannya orang alim yang mengamalkan ilmunya, bukan yang merusak, seperti yang tertera dalam syiir karya Burhanuddin.
فـساد كـبير عـالم مـتهتـك وأكـبر منه جاهل متنسك
هما فتنة للعالمين عظيمة لمن بهما فى دينه يتمس
“Kerusakan besar, seorang alim yang tak tahu malu (sebab menerjang syariat), dan lebih dari itu orang jahil yang ngawur ibadahnya. Keduanya adalah fitnah dunia bagi orang-orang yang mengikutinya.”
Kemuliaan mencari ilmu hendanya tidak dikotori dengan niatan-niatan rendah yang akan merubah kemuliaan tersebut.
Sebab, banyak sekali amal dunia namun diniati dengan niat akhirat maka hal itu menjadi amal akhirat.
Sebaliknya, banyak amal akhirat karena niatnya salah, diniati dunia atau niat rendah lainnya, maka menjadikannya amal akhirat. Wallahu a’lam.