Sejarah Khatib Khutbah Jumat Baca Surat An-Nahl 90 Menurut Gus Islah Bahrawi

oleh -dibaca 3057 orang
Gus Islah Bahrowi saat ceramah dalam acara Ngaji Kebangsaan di Masjid Jami' Miftahul Jannah pada Senin (12/06/2023) (Foto: tangkapan layar kanal YouTube MCN Broadcast)

NU-LUMAJANG.OR.ID, Pronojiwo. Gus Islah Bahrowi paparkan tentang sejarah Khatib Khutbah shalat jumat membaca Syrat An-Nahl ayat 90 dalam acara Ngaji Kebangsaan dan Penguatan Aswaja dengan tema Pencegahan Dini Intoleransi Radikalisme dan Terorisme yang digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pronojiwo di Masjid Jami’ Miftahul Jannah Pronojiwo, Senin (12/06/2023).

Mengutip QS An-Nahl ayat 90 :

  إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil, berbuat baik, berbagi kepada kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, munkar dan bermusuhan. Dia memberi kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.”

Dalam ceramahnya, Gus Islah Bahrawi menceritakan awal mula sejarah Khatib Khutbah Jum’at baca QS. An-Nahl 90 ketika seorang pemimpin muslim, Khalifah ke-5 dari bani Umayyah yaitu Umar Bin Abdul Aziz mengirim surat kepada penguasa wilayah bawahannya dari Jazirah Arab hingga Afrika yang berisi perintah kepada orang-orang yang menjadi Khatib dalam khutbah Jumat untuk membaca Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 90.

BACA JUGA:   PWNU Jatim dan 41 Cabang Siap Usung Kiai Miftah-Gus Yahya untuk PBNU

Tujuannya adalah menghentikan Khatib berujar kebencian di ruang publik.

“Dahulu, masjidnya Muawiyah itu tempat caci maki kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib demikian pula sebaliknya, jika Masjid yang pro Sayyidina Ali, dipastikan cacian dan makian terjadi kepada Muawiyah imbas dari terjadinya perang Shiffin,” terang Gus Islah.

Gus Islah bercerita, perintah QS An-Nahl ayat 90 ini jelas agar kita selalu ingat bahwa semua orang Islam memahami dan mempraktikannya dalam kehidupan nyata sebagaimana pesan dalam kata-kata terakhir dari ayat ini, la-‘allakum tadzakkarûn, agar kalian dapat mengambil pelajaran.

“Khatib harus membawakan QS. An-Nahl ayat 90, ini supaya orang ingat untuk membangun kebersamaan, semua umat islam, semua umat manusia untuk saling kerjasama dan saling bergotong royong ini maunya Khalifah Umar itu begitu, dan ini terus di tradisikan, ” ujarnya sebagaimana dikutip dari kanal Youtube MCN dan di tulis oleh tim nu-lumajang.or.id, Senin, (12/06/2023).

BACA JUGA:   Harlah ke-16, MI Hasyim Asy'ari Rowosugo Serahkan Bantuan Sembako ke LKSA

Menurut Gus Islah, agama Islam berbasis kemanusian dan kedamaian. Jangan sampai orang tidak tertarik kepada Islam karena melihat tabiat kita, melihat karakter kita, melihat akhlak kita kemudian menyuarakan kebencian yang dibarengi dengan takbir.

“Ketika kita meneriakkan takbir, harus dimaknai kita ini kecil-sekecil debu. Jangan sembarangan takbir dengan menghasut orang, membeci orang, mencaci maki orang sama halnya menjadi tuhan tuhan kerdil dimuka bumi, ini menurut Jalaludin Rumi dalam kitab Fihi Ma Fihi” jelasnya.

Lebih lanjut, Gus Islah berharap kita selalu untuk belaku adil, berlaku damai dan menghargai orang lain dalam khoirunnas anfa’uhum linnas. Mari kita menjaga Indonesia dalam bingkai NKRI dan tetap terjaganya Pancasila.